Tantangan Utama dalam Menggunakan Media Sosial dalam Litigasi

Bahkan di dunia saat ini di mana segala sesuatu di internet dikatakan permanen, sifat mudah berubah dari world wide web ditambah dengan netizen yang paham komputer masih menjadikan tantangan untuk menggunakan postingan dan informasi yang dikumpulkan dari media sosial sebagai bukti dalam litigasi. Tidak adanya pedoman yang jelas dan padat, informasi yang berguna masih dapat membuat e-discovery tidak berguna.

Terlepas dari cerita yang membuktikan sebaliknya, banyak orang masih percaya bahwa ketika sesuatu dihapus di akun media sosial, jejak bukti masih bisa mengarah ke sana. Namun, jika pembuat postingan (orang asli yang membuat postingan) dapat menghapusnya dari server, pihak lain akan kesulitan atau bahkan mungkin tidak dapat menemukan jejak atau postingan aslinya. Banyak orang yang cukup cerdas untuk setidaknya mencoba ini ketika mereka menghadapi litigasi. Jika poster berhasil menghapus postingan, informasi yang digunakan untuk pembuktian dapat dianggap sudah ketinggalan zaman atau bahkan diabaikan. Situs Teknologi Paling Update

Ketika seseorang mempresentasikan kepada juri atau juri, seseorang mencoba untuk menceritakan kisah yang dapat dipercaya. Materi penemuan media sosial, bila digunakan dengan benar, membantu membuat cerita Anda lebih kredibel. Saat membuat “gambaran besar” untuk hakim atau juri yang membuat keputusan, tweet atau postingan online yang menunjukkan niat atau bagian lain dari cerita yang penting untuk kasus Anda bisa sangat membantu. Semua ini akan bergantung pada kemampuan pengacara Anda untuk memperoleh materi e-discovery (informasi yang disimpan secara elektronik) dan melestarikan (mengarsipkannya) di lokasi yang aman sehingga dapat digunakan dalam proses pengadilan.

Tantangan lain adalah otentikasi posting media sosial untuk ruang sidang. Pengacara yang akrab dengan Aturan Pembuktian Federal tahu bahwa ketika postingan media sosial digunakan sebagai materi e-discovery, postingan itu sendiri tidak cukup. Di luar tangkapan layar postingan itu sendiri, informasi tentangnya harus diberikan agar dapat dipertimbangkan untuk masuk ke pengadilan. Metadata sebuah postingan media sosial sering kali mencakup sarana pembuatan postingan, waktu dan tanggal pembuatan, pembuat atau penulis postingan, dan lokasi di jaringan komputer tempat postingan dibuat. Itu hanya untuk posting teks. Dalam kiriman kaya media, tautan terkait, video, file yang disematkan di dalam kiriman juga harus direkam. Tips Pendidikan Warganet

Seorang pengacara harus bertanggung jawab dalam memastikan bahwa materi e-discovery yang berisi kiriman media sosial akurat secara forensik dan lolos dari pengawasan juri atau, terlebih lagi, diberi bobot yang sesuai terkait dengan kasus tersebut.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *